Archive for Juli 2016
Sejarah Brand Terkenal dari Indonesia (CROOZ)
CROOZ CLOTH
Didirikan pada tahun 2003 oleh Max dan Ariana yang memiliki kecintaan yang besar terhadap fashion
dan musik, dengan ethos DIY ( do it yourself ) mereka mulai membuat
apparel yg awalnya hanya dijual kepada teman teman dekat saja, karena
kualitas produk yg mereka buat saat itu dirasakan “berbeda” produk CROOZ
menjadi sering dipesan oleh orang orang lain juga. Seiring berjalannya
waktu Brand crooz sudah mulai dikenal orang meskipun tidak banyak. Pada
tahun 2005 akhirnya mereka memutuskan untuk membuat concept outlet
sebuah konsep toko yang belum populer pada saat itu. Berisikan produk
apparel, rilisan CD dan merchandise band lokal berkualitas toko CROOZ
mulai dikenal di Jakarta sebagai tempat utk mencari barang barang
“indie” yang jarang ditemui di tempat tempat lain.
Sebagai brand urban dengan konsep cutting edge CROOZ memiliki konsumen tersendiri, tidak banyak namun sangat loyal dan bangga disebabkan adanya hubungan komunikasi yang terjaga antara CROOZ dan konsumen secara tidak langsung menjadi mutualisme dimana konsumen membutuhkan sesuatu yang bisa mereprentasikan konsep cutting edge dan CROOZ hadir sebagai produsen yang tetap setia pada jalurnya. konsep ini juga diaplikasikan oleh CROOZ di beberapa negara di asia tenggara, terbukti brand CROOZ pada tahun 2011 ini sudah memiliki cabang di negara negara tetangga seperti Malaysia, Singapore dan Philippina.
CROOZ juga sebagai salah satu konseptor dan penggerak acara acara independen di Jakarta yang melibatkan band band “tidak biasa” sebut saja CFD FEST ( acara yang digelar oleh crooz setiap tahun ) yang sekarang menjadi semakin besar dan diisi band band terkenal dari dalam maupun luar negeri. CROOZxMACBETH Indonesian tour, mengambil bagian di beberapa kota besar di indonesia yang ternyata memiliki respon yang sangat baik dari anak anak muda di kota kota tersebut.
Selain sebagai toko dan brand, CROOZ juga dikenal sebagai rumah bagi band band indie di Jakarta tercatat band band seperti The Upstairs, Siksa Kubur, Karon N Roll, Peewee Gaskins, Sweet As Revenge, Thirteen dan lain lain mempercayakan Crooz sebagai produsen dan distributor agar penggemar dapat lebih mudah mendapatkan merchandise mereka karena Merk CFD (Crooz Fashion Distortion) sekarang dikenal oleh para penggemar band sebagai merk utk merchandise band band kesayangan mereka.
Inilah Kumpulan kumpulan Foto-Foto Toko Crooz dari awal sampai saat ini :
-- DISTRO CROOZ pertama :
Sebagai brand urban dengan konsep cutting edge CROOZ memiliki konsumen tersendiri, tidak banyak namun sangat loyal dan bangga disebabkan adanya hubungan komunikasi yang terjaga antara CROOZ dan konsumen secara tidak langsung menjadi mutualisme dimana konsumen membutuhkan sesuatu yang bisa mereprentasikan konsep cutting edge dan CROOZ hadir sebagai produsen yang tetap setia pada jalurnya. konsep ini juga diaplikasikan oleh CROOZ di beberapa negara di asia tenggara, terbukti brand CROOZ pada tahun 2011 ini sudah memiliki cabang di negara negara tetangga seperti Malaysia, Singapore dan Philippina.
CROOZ juga sebagai salah satu konseptor dan penggerak acara acara independen di Jakarta yang melibatkan band band “tidak biasa” sebut saja CFD FEST ( acara yang digelar oleh crooz setiap tahun ) yang sekarang menjadi semakin besar dan diisi band band terkenal dari dalam maupun luar negeri. CROOZxMACBETH Indonesian tour, mengambil bagian di beberapa kota besar di indonesia yang ternyata memiliki respon yang sangat baik dari anak anak muda di kota kota tersebut.
Selain sebagai toko dan brand, CROOZ juga dikenal sebagai rumah bagi band band indie di Jakarta tercatat band band seperti The Upstairs, Siksa Kubur, Karon N Roll, Peewee Gaskins, Sweet As Revenge, Thirteen dan lain lain mempercayakan Crooz sebagai produsen dan distributor agar penggemar dapat lebih mudah mendapatkan merchandise mereka karena Merk CFD (Crooz Fashion Distortion) sekarang dikenal oleh para penggemar band sebagai merk utk merchandise band band kesayangan mereka.
Inilah Kumpulan kumpulan Foto-Foto Toko Crooz dari awal sampai saat ini :
-- DISTRO CROOZ pertama :
-- DISTRO CROOZ kedua :
-- DISTRO CROOZ ketiga :
Crooz.
Brand yang satu ini memang patut masuk dalam salah satu produk lokal
yang mumpuni. Kurang lebih empat tahun belakangan, namanya terus meroket
hingga akhirnya menempatkan clothing line yang satu ini dalam sebuah
posisi menjadi brand ternama di industri lokal.
Musik
menjadi salah satu inpirasi yang kuat dari brand ini. Sejak
kemunculannya pada tahun 2003, panggung musik dan komunitas di dalamnya
adalah dua hal yang menjadi konsep dari Crooz sendiri. Dan semuanya
terlahir dari sosok yang akrab disapa Max. Kesenangannya dalam dunia
musik dan hobi mengkoleksi kaos band nagri menjadi penggerak utama dari
apa yang dihasilkannya sekarang ini.
“Gue
menggerakan Crooz ini memang berawal dari hobi. Gue doyan ngumpulin
kaos band dan masih tergabung di band Sweet As Revenge. Lama menjalani
aktifitas itu ujungnya gue sadar kalo order kaos nagri hanya
menghabiskan uang dan nggak banyak berarti. Modal nekat gue bikin kaos
band gue sendiri dan nggak taunya laku,” papar Max kepada Hai.
Kerja
keras yang dilakoninya akhirnya berbuah manis. Kini Crooz telah
berkembang pesat menjadi salah satu produk lokal di antara produk lokal
kenamaan lainnya. Nggak hanya di Jakarta, nama Crooz juga telah merambah
nasional dan menarik minat mereka di daerah lain yang berujung dengan
distribusi yang semakin meluas pula. Selain bermarkas di bilangan Duren
Tiga, Jakarta Selatan, outlet resmi Crooz juga telah resmi merambah dua
kota Bandung dan Malang.
Crooz
terlahir dari musik. Kegemaran akan musik dari Max membuat Crooz terus
berkembang mengikuti arah musik dan komunitasnya. Satu per satu band
didukungnya dan secara nggak langsung Crooz menjadi wadah bagi komunitas
musik baik pelaku dan juga pendengarnya.
Hal
tersebut memang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Max sendiri.
sejak awal bergerak di tahun 2003 lalu, Max memang ingin membentuk
sebuah simbiosis mutualisme antara brand dan juga band yang ada.
“Dari
banyak panggung musik yang gue jalani, faktanya banyak band lokal yang
memang nggak kalah bagus dari luar negeri. Ada potensi yang mereka
miliki untuk berkembang dan gue mau Crooz ada di dalam sana. Akhirnya
gue membantu memproduksi membuat merchandise untuk mereka dan sebaliknya
mereka pun membantu mempromosikannya. Intinya sih saling support,”
jelas Max.
Cukup
banyak band yang kini dikenal khalayak luas yang pada awalnya berjalan
bersama dengan Crooz. Sebut saja seperti Pee Wee Gaskins, Vierra hingga
Last Child. Bentuk support dari Crooz nggak hanya itu saja. Di sisi lain
banyak hal yang telah digerakan beberapa di antaranya seperti mensuppot
panggung komunitas musik, membuat beragam gathering, menggelar tur
beberapa kota dan hingga kini membawa musik-musik dari band yang
digalanginya untuk timbul di permukaan blantika musik Indonesia hingga
mendapatkan sebuah pengakuan tersendiri untuk mereka. Hasilnya malah
lebih dari yang dibayangkan. Dengan sendirinya akhirnya Crooz mempunyai
komunitasnya sendiri.
“Gue
nggak mencoba membentuk komunitas, tetapi mereka ada dengan sendirinya.
Ketika mereka terbentuk maka gue hanya mencoba mewadahi mereka. Di
Crooz mereka bisa berinteraksi dengan band yang mereka suka dan
berinteraksi langsung,” celetuk Max.
Nggak
sampai di situ saja, belakangan ini Max cs akhirnya juga menggerakan
band-band yang disupportnya untuk lebih didengar di nagri dan terfokus
di Asia Tenggara. Malaysia dan Filipina menjadi dua negara yang sukses
dirambah oleh Crooz. Nggak hanya soal distribusi barang, tetapi juga
band yang mereka gandeng.
Yap,
semuanya bukan soal keuntungan semata, tetapi bagaimana cara kita
melihat Crooz menjadi sebuah pergerakan dahsyat yang pada mulanya hanya
sebuah passion musik dan kreatif di sekitarnya. Semoga saja dengan apa
yang telah diraih Max sejauh ini akan terus menjadi sebuah brand yang
terus mensupport band lokal demi kemajuan industri kreatif tanah Air.
sedikit penampakan CROOZ nya :
Sejarah Terbentuknya Brand CROOZ
Sejarah Brand Terkenal dari Indonesia (DREAMBIRD)
Abinara & Prisa.Jauh sebelum Dreambirds lahir, Abinara (Dreambirds owner) sempat membuat beberapa clothing line . Diantaranya adalah "OCCULT" dan "MONSTA" sekitar tahun 2008 - 2009.
May
2009, Abinara bertemu dengan Prisa Rianzi dan memelihara 2 burung hantu
bernama Mika dan Uluuka . Pada saat itu, keinginan Abinara untuk
menciptakan sebuah clothing line yang berbeda telah dia kubur. Namun
setelah diyakinkan oleh pasangannya, akhirnya mereka mulai berencana
untuk menciptakan "mimpi" yang terpendam. Abinara yang seorang pelukis ingin agar karya nya
bisa dimiliki seluruh orang, namun tanpa harus membeli dalam bentuk
lukisan. Mereka ingin agar orang dapat menghargai sebuah karya seni
dalam format yang gampang didapatkan. Disinilah "artwear" tercetus.
Namun, satu hal fatal yang masih mengusik mereka, yap, judul brand yang
menarik. Dari Wolflovesbunny, Hope, OH!, dan ratusan nama mereka coba,
namun tak satupun cocok. Hingga pada suatu ketika, burung hantu mereka
meninggal tanpa sebab. Mengakibatkan mereka tidak fokus. Namun mereka
masih tetap mencari nama yang pas. Sambil makan, sebelum tidur, bangun
tidur mereka putar otak.
Then it just clicked. Satu hari ketika Abinara dan Prisa sedang makan malam dan bertukar pikiran...
" Apa sih binatang yang paling kita suka gambar? " tanya Prisa.
" Burung hantu sih... pokoknya burung deh. Aku suka mereka bisa terbang tinggi sekali, bebas di angkasa. " jawab Abinara.
Dan pada akhirnya malam itu, sebuah mimpi memiliki nama... Dreambirds artwear. Start dari hari itu, sebuah motivasi yang besar mendorong mereka berdua untuk mewujudkan mimpi ini. Mereka segera mempersiapkan 100 karya untuk Dreambirds. Yang mana sebenarnya baru 20 karya telah rilis hingga saat ini. Disinilah rintangan dimulai. Tanpa support, tanpa kaki-kaki yang kuat, bahkan tanpa modal. "Tanpa modal?" ya kalian pasti bingung. Konon Abinara dan Prisa memiliki sebuah band metal... "Vendetta" adalah nama band terrsebut. Band inilah yang menjadi titik awal karier Dreambirds. Bermodalkan tabungan seumur hidup Prisa dan Abinara, mereka gambling untuk membuat merchandise Vendetta.
Vendor demi vendor mereka cari di kaskus. Tangerang, Jakarta, Bandung, dll. Salah satu rintangan terberat mereka layaknya membeli kucing dalam karung. Mereka dikelilingi oleh buaian para vendor. Akhirnya mereka berhasil menemukan sebuah vendor yang cukup baik untuk memproduksi baju Vendetta.
"Alhamdulillah sa, akhirnya ye. Hampir aja kita gagalin ni semua. "
Namun permasalahan tak berhenti disitu, justru semakin gelap.
Buaian sang vendor membuat Abinara dan Prisa lupa bahwa " tak seindah itu dunia clothing bung!! "
jadwal tak sesuai, bahan yang tak pantas, dan...produksi lebih tanpa sepengetahuan mereka. Stress, panik, takut karena Facebook Dreambirds telah dibuat dan Abinara telah membuat iklan nya berjudul "VENGEANCE"
Suatu ketika mereka sedang berlatih band, ada seorang kawan dari mereka menelpon dan mengaku melihat di baju Vendetta di jembatan Blok M. Disinilah apabila mereka bisa kilas balik, seberapa kuat mereka mau mewujudkan mimpi mereka. Setelah berbagai proses yang akan sangat panjang apabila diuraikan disini, akhirnya "VENGEANCE" sampai di tangan mereka!! Harapan muncul kembali layaknya matahari terbit setelah sekian lama. Tanpa karyawan, tanpa bantuan orang lain, Abinara dan Prisa mulai menjual baju tersebut. Mereka akui, pada saat itu mereka mengurung diri dari dunia luar. Dari keluarga, dari teman, dari kerabat. Lingkup mereka hanya kamar Prisa yang mana penuh dengan tumpukan baju Vendetta.
" Kamu lipet, aku catet orderannya ya! " kata Abinara
Setiap malam pada saat itu, Abinara tag seluruh temannya di facebook, tanpa terkecuali.
" Ah lo spam banget sih bro! " | " Jualan apaan lo? emang bisa? " | adalah makanan mereka setiap hari.
Sedikit demi sedikit, tumpukan itu berkurang dan kas bertambah. Dengan modal yang sedikit bertambah, mereka mulai membangun workshop di daerah Kemang.
Then it just clicked. Satu hari ketika Abinara dan Prisa sedang makan malam dan bertukar pikiran...
" Apa sih binatang yang paling kita suka gambar? " tanya Prisa.
" Burung hantu sih... pokoknya burung deh. Aku suka mereka bisa terbang tinggi sekali, bebas di angkasa. " jawab Abinara.
Dan pada akhirnya malam itu, sebuah mimpi memiliki nama... Dreambirds artwear. Start dari hari itu, sebuah motivasi yang besar mendorong mereka berdua untuk mewujudkan mimpi ini. Mereka segera mempersiapkan 100 karya untuk Dreambirds. Yang mana sebenarnya baru 20 karya telah rilis hingga saat ini. Disinilah rintangan dimulai. Tanpa support, tanpa kaki-kaki yang kuat, bahkan tanpa modal. "Tanpa modal?" ya kalian pasti bingung. Konon Abinara dan Prisa memiliki sebuah band metal... "Vendetta" adalah nama band terrsebut. Band inilah yang menjadi titik awal karier Dreambirds. Bermodalkan tabungan seumur hidup Prisa dan Abinara, mereka gambling untuk membuat merchandise Vendetta.
Vendor demi vendor mereka cari di kaskus. Tangerang, Jakarta, Bandung, dll. Salah satu rintangan terberat mereka layaknya membeli kucing dalam karung. Mereka dikelilingi oleh buaian para vendor. Akhirnya mereka berhasil menemukan sebuah vendor yang cukup baik untuk memproduksi baju Vendetta.
"Alhamdulillah sa, akhirnya ye. Hampir aja kita gagalin ni semua. "
Namun permasalahan tak berhenti disitu, justru semakin gelap.
Buaian sang vendor membuat Abinara dan Prisa lupa bahwa " tak seindah itu dunia clothing bung!! "
jadwal tak sesuai, bahan yang tak pantas, dan...produksi lebih tanpa sepengetahuan mereka. Stress, panik, takut karena Facebook Dreambirds telah dibuat dan Abinara telah membuat iklan nya berjudul "VENGEANCE"
Suatu ketika mereka sedang berlatih band, ada seorang kawan dari mereka menelpon dan mengaku melihat di baju Vendetta di jembatan Blok M. Disinilah apabila mereka bisa kilas balik, seberapa kuat mereka mau mewujudkan mimpi mereka. Setelah berbagai proses yang akan sangat panjang apabila diuraikan disini, akhirnya "VENGEANCE" sampai di tangan mereka!! Harapan muncul kembali layaknya matahari terbit setelah sekian lama. Tanpa karyawan, tanpa bantuan orang lain, Abinara dan Prisa mulai menjual baju tersebut. Mereka akui, pada saat itu mereka mengurung diri dari dunia luar. Dari keluarga, dari teman, dari kerabat. Lingkup mereka hanya kamar Prisa yang mana penuh dengan tumpukan baju Vendetta.
" Kamu lipet, aku catet orderannya ya! " kata Abinara
Setiap malam pada saat itu, Abinara tag seluruh temannya di facebook, tanpa terkecuali.
" Ah lo spam banget sih bro! " | " Jualan apaan lo? emang bisa? " | adalah makanan mereka setiap hari.
Sedikit demi sedikit, tumpukan itu berkurang dan kas bertambah. Dengan modal yang sedikit bertambah, mereka mulai membangun workshop di daerah Kemang.
Pada tanggal 8 February 2010 baju "VENGEANCE" sold out. Berbekal pengalaman dari vendor sebelumnya, kali ini mereka memutuskan untuk melakukan semuanya sendiri. Mencari bahan yang bagus, mencari tukang jahit, belajar sablon, semua mereka lakukan bersama. Sembari membangun workshop Dreambirds, mereka tanpa henti mencari ilmu demi ilmu untuk membangun mimpi yang besar.
21 Juni 2010 sebuah kabar buruk dan baik mengejutkan Abinara. Prisa memutuskan untuk kuliah art di San Fransisco selama 5 tahun. Mereka sepakat mimpi akan terus dijalankan apapun yang terjadi. Setengah dari modal awal Dreambirds dibelikan mesin sablon rotary manual. Pada saat Prisa masih di Jakarta, mereka belum memulai pergerakan Dreambirds secara signifikan. Bahkan lebih parahnya Abinara masih sangat belum mahir menyablon. Namun setelah kepergian Prisa ke negeri seberang, Abinara mencoba untuk bangkit dan menghidupkan mimpi ini. "HEADS UP" dipilih menjadi artwork awal Dreambirds. Dengan ilmu yang masih sangat minim, dengan mesin sablon yang telah menguras mereka, Abinara memberanikan diri. Kali ini tanpa partner hidup yang sekian lama berjuang di sampingnya, Abinara berhasil mencetak 25 pcs "HEADS UP" Terlepas dari hasil akhir sablonan yang buruk, terbersit senyum di dalam hati Abinara, "I did it." Senyuman tersebut hingga kini masih nyata dan semakin lebar karena support dari Birdies yang tak ada hentinya.
Apa inti dari perjalanan ini?
Wujudkan mimpimu, tembus ketakutanmu, yakinkan dirimu bahwa inilah yang kamu benar-benar inginkan, demi masa depan bahagia.
Dream...Create...Future.